Oleh: Ida Ayu Kade Sri Sukmadewi
Judul Asli:
Perbaikan Kursi Kerja Dan Pemberian Teh Manis Saat Istirahat Pendek Menurunkan Keluhan Sistem Muskuloskeletal Dan Meningkatkan Produktivitas Perajin Destar Di Desa Gerih
|
Kerajinan destar merupakan salah satu bentuk industri kecil yang berkembang di desa Gerih Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung, dengan jumlah perajin 21 orang semua laki-laki. Ukuran bahan destar 115 cm X 115 cm, ukuran tersebut bisa dijadikan satu destar disebut destar bungkulan dan bisa dijadikan dua destar disebut destar jejatoran biasa.
Pada proses menjahit, para perajin menggunakan kursi dengan ketinggian dudukan 42 cm tanpa menggunakan dudukan rotan. Tinggi mesin jahit 75 cm, tinggi pedal dari lantai 9 cm dengan kemiringan 250. Pada proses menjahit, perajin melakukan pekerjaannya dengan sikap paksa (membungkuk dan penggunaan anggota gerak bagian atas tubuh dalam keadaan terangkat)
Pada akhir pekerjaan ini dilaksanakan, perajin merasakan keluhan pada sistem muskuloskeletal terutama di bagian pantat, bahu, leher, punggung , dan betis. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh ukuran kursi yang tidak sesuai dengan antropometri perajin, kerasnya dudukan kursi, jenis pekerjaan yang bersifat menoton, dan tidak ada istirahat pendek, apalagi hal ini berlangsung selama 8 jam dalam satu hari dengan tidak melakukan istirahat pendek dan perajin tidak disediakan minum, sehingga asupan gizi perajin tidak terjaga serta sistem kerja borongan membuat pekerja memaksakan diri untuk tetap bekerja meskipun dalam keadaan lelah. Penelitian Manuaba (1998 a) menyatakan bahwa terdapat korelasi yang tinggi antara keluhan leher dan bahu dengan periode kerja, sikap kerja duduk dan tinggi badan, serta terdapat 32,17 % mengeluh sakit di leher dan 43,48 % mengeluh sakit di bahu.
Dari uraian di atas terlihat ada beberapa masalah ergonomi, yang menjadi masalah utama dan perlu segera dilakukan perbaikan adalah masalah kursi kerja yang tidak sesuai dengan antropometri perajin dan masalah asupan gizi perajin. Masalah ergonomi tersebut apabila tidak segera diperbaiki, tentunya akan dapat memberikan beban berlebihan, menimbulkan keluhan muskuloskeletal yang akan diikuti oleh menurunnya tingkat produktivitas kerja. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian dalam upaya mengatasi masalah yang muncul. Untuk maksud tersebut dilakukan penelitian berupa perbaikan-perbaikan kondisi kerja. Upaya pendekatan partisipasi dengan perajin dan pihak perusahaan menunjukkan hasil bahwa alternatif perbaikan yang dipilih adalah perbaikan kursi kerja sesuai antropometri perajin dengan menggunakan dudukan rotan dan pemberian teh manis saat istirahat pendek. Upaya intervensi ini dipilih berdasarkan urgensi, murah, dan mudah dilakukan. Dengan perbaikan-perbaikan ini diharapkan dapat menurunkan gangguan sistem muskuloskeletal, tidak cepat lelah dan meningkatkan produktivitas kerja.